Minggu, 09 Desember 2012

Pembicaraan PBB Tentang Iklim Masuki Hari Terakhir

Doha (AFP/ANTARA) - Perundingan PBB untuk menghentikan pemanasan global memasuki hari terakhir di Doha pada Jumat, dengan poin utama masih dibicarakan: memperluas pembatasan emisi gas rumah kaca dan pendanaan bagi negara-negara miskin.

Para delegasi sedang bersiap untuk menghadapi perundingan terakhir yang panjang untuk menemukan konsensus mengenai cara-cara interim guna mengendalikan perubahan iklim, dan memuluskan jalan menuju kesepakatan baru yang harus mulai diberlakukan pada 2020.

Sejumlah LSM dan delegasi menyatakan keputusasaan pada laju negosiasi tersebut, yang dimulai pada 26 November dan bertepatan dengan peringatan ilmiah baru bahwa Bumi menghadapi masa depan yang penuh bencana akibat kondisi cuaca ekstrem yang lebih sering terjadi.

“Para negosiator politik perlu menyadari dengan segera bahwa iklim tidak dapat dinegosiasikan,” ujar CEO Greenpeace Kumi Naidoo kepada AFP pada jam-jam terakhir pembicaraan tersebut.

“Sejumlah negosiasi keluar dari sentuhan dengan realitas ilmiah. Ini menyangkut keberlangsungan hidup manusia.”

Pendanaan untuk membantu negara-negara miskin menangani dampak pemanasan global dan mengonversi sumber-sumber energi ramah lingkungan menjadi titik kunci pembicaraan antara para negosiator dari hampir 200 negara.

Negara-negara maju ditekan untuk menunjukkan bagaimana mereka berniat menjaga janji untuk meningkatkan pendanaan iklim bagi negara-negara miskin menjadi 100 miliar dolar Amerika (sekitar Rp962,7 triliun) per tahun pada 2020, meningkat dari total 30 miliar dolar Amerika (sekitar Rp288,8 triliun) pada 2010-2012.

Negara-negara berkembang mengatakan bahwa mereka membutuhkan setidaknya 60 miliar dolar Amerika (sekitar Rp577,6 triliun) antara saat ini dan 2015. 
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar