Minggu, 09 Desember 2012

Perdamaian PSSI dan KPSI Harga Mati

Dua kubu yang bertikai itu, PSSI dan KPSI, memang membuat sebagian pecinta sepak bola Indonesia ikut terpecah dan kesal. Keduanya mengklaim paling benar atau paling tahu soal bagaimana menyelenggarakan kompetisi yang baik atau membentuk timnas yang kuat.

Hasilnya? Keduanya nol besar. Tim yang dibentuk KPSI, yang mereka sebut sebagai timnas, melakukan uji coba hanya dengan sekumpulan pemuda gereja di Australia beberapa waktu lalu sebelum Piala AFF 2012.

Kasus yang terbaru malah meninggalnya Diego Mendieta, mantan pemain klub Persis Solo, asal Paraguay. Mendieta meninggal di RSUD Dr Moewardi, Solo, Selasa (4/12) dinihari WIB akibat komplikasi penyakit tifus, virus dan jamur.

Sebelum meninggal, ayah tiga anak itu belum menerima gajinya selama empat bulan dan uang muka kontrak yang belum dibayar oleh Persis Solo. Persis beralasan pihaknya mengalami kesulitan keuangan.

Persis berada di bawah naungan PT Liga Indonesia, penyelenggara kompetisi Liga Super Indonesia (LSI) milik KPSI.

PSSI sebagai federasi sepak bola resmi sebenarnya juga tak mampu bekerja maksimal. Selain program-programnya tidak jelas, PSSI juga seperti kehabisan energi menanggapi pernyataan-pernyataan KPSI.

Untuk urusan pembentukan timnas harus diakui kalau tidak adanya pemain-pemain dari LSI menyebabkan kekuatan tim merah putih pincang.

Tapi sebenarnya masalah besar dari kekuatan timnas Indonesia bukan ada atau tidak ada pemain LSI, tapi disebabkan jeleknya kualitas kompetisi LSI dan LPI serta buruknya pembinaan pemain muda.

Puncaknya ialah kegagalan timnas merah putih menembus penyisihan grup Piala AFF 2012. Indonesia tidak masuk semi final setelah cuma bisa main seri 2-2 melawan Laos, menang tipis 1-0 dari Singapura dan dikalahkan lagi oleh Malaysia 2-0.

Yahoo! Indonesia Olahraga mencoba menyaring pendapat pembaca mengenai bagaimana memperbaiki sepak bola Indonesia melalui jajak pendapat yang diberi judul: "Menurut Anda, tindakan apa yang harus dilakukan PSSI dan Pemerintah untuk memperbaiki kualitas dan prestasi sepak bola Indonesia?"

Jajak pendapat yang dimulai pada Senin (3/12) hingga Jumat (7/12) berhasil mengumpulkan 3102 suara pembaca Yahoo! Indonesia yang telah memiliki akun email Yahoo!

Sebanyak 1982 suara (64%) meminta PSSI dan KPSI untuk berdamai. Lalu ada 752 (24%) pembaca yang berpendapat bahwa pembinaan pemain muda dengan membangun sebanyak-banyaknya lapangan sepak bola dan Sekolah Sepak Bola (SSB) bisa meningkatkan kualitas SDM dan prestasi sepak bola Indonesia.

Sisanya sebanyak 259 (8%) suara memilih agar PSSI/Pemerintah mengirim anak-anak Indonesia untuk menimba ilmu sepak bola di luar negeri, 70 suara (2%) berpendapat menaturalisasi sebanyak-banyaknya pemain blasteran menjadi pemain timnas bisa membantu sepak bola Indonesia dan yang terakhir sekitar 39 (2%) pembaca ingin pemerintah mengucurkan lebih banyak uang untuk PSSI.

Tentu pilihan 3102 pembaca di atas tidak mewakili suara keseluruhan pecinta sepak bola Indonesia. Tapi dari hasil jajak pendapat tersebut diketahui kalau solusi jangka pendek ialah PSSI dan KPSI mengubur egonya lalu berdamai.

Semuanya agar kompetisi dalam negeri dikelola dan berjalan dengan profesional dan modern, timnas disegani dan berprestasi di tingkat Asia kalau perlu dunia dan jangan sampai Indonesia mendapat hukuman berat dari FIFA.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar